People Number

Sabtu, 05 Oktober 2013

Kebudayaan Indonesia (Batak dan Sunda)

Pada tulisan saya kali ini  berkenaan dengan adat istiadat mengenai sebuah kebudayaan yang ada di Indonesia. Masih berkenaan dengan tugas softskill dari kampus saya dengan mata kuliah Etika Bisnis yang menurut saya mempelajari tentang bagaimana cara menghadapi seseorang berdasarkan adat istiadat atau latar belakang kebudayaan yang di pahaminya, karena sifat seseorang di Indonesia sangat beragam dan dapat dikelompokkan dari berbagai suku/keturunan yang ada. Semua pasti beranggapan bahwa kebudayaan atau adat istiadat masing-masing yang dipegang teguh karena keturunan tertentu adalah kebudayaan yang paling baik dan tidak menutup kemungkinan apabila tidak dikaji secara sehat dan terlalu fanatik yang artinya menutup diri dari kebudayaan luar maka diri kita pun akan statis dan kaku. Namun sisi positif dari keberagaman kebudayaan dan adat istiadat yang ada yaitukita jadi bisa mengenal kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, dan apabila kita berani membuka diri dan mempunyai rasa toleransi maka kita bisa mengambil sisi positif dari kebudayaan tersebut diluar keturunan kita.

Pada tulisan ini saya coba untuk membahas dua kebudayaan dan adat istiadat orang tua saya yaitu adat istiadat sunda dan adat istiadat batak. Apabila kita mendengar dua kebudayaan itu dalam satu kalimat rasanya pasti agak sedikit bertentangan dan sulit menemukan kecocokannya. Well.. mungkin secara teori bisa dikatakan bertolak belakang tapi kalau kita bisa punya rasa toleransi dan mau membuka diri terhadap budaya lain kita dapat ambil sisi positif dari semua itu.

Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Jika Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku Sunda maka 17,8% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.
Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan pemberani. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga menjabat Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI.
Hubungan antara manusia dengan sesama manusia dalam masyarakat Sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh sikap “silih asih, silih asah, dan silih asuh”, artinya harus saling mengasihi, saling mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian, ketentraman, dan kekeluargaan, seperti tampak pada ungkapan-ungkapan berikut ini:
  • Kawas gula jeung peueut yang artinya hidup harus rukun saling menyayangi, tidak pernah berselisih.
  • Ulah marebutkeun balung tanpa eusi yang artinya jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.
  • Ulah ngaliarkeun taleus ateul yang artinya jangan menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan atau keresahan.
  • Ulah nyolok mata buncelik yang artinya jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan.
Buruk-buruk papan jati yang artinya berapapun besar kesalahan saudara atau sahabat, mereka tetap saudara kita, orang tua tentu dapat mengampuninya. 

Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada.
Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar marga tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian Marga. Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga lainnya. Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah.
Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat.

Dari penjelasan singkat diatas yang saya kutip melalui wikipedia dapat disimpulkan pada dasarnya sifat kekeluargaan dak kebersamaan diantar dua adat tersebut sangat erat dan menjaga keluarga satu sama lain terlebih suku batak yang mempunyai marga diantara kelompoknya tetapi masih dalam satu kekerabatan apabila berada dalam satu naungan kebudayaan batak.

Begitu pula suku sunda yang terkenal dengan tutur kata yang lembut dalam berbicara, meskipun tidak memiliki sistem kekeluargaan marga tetapi terdapat ajaran ajaran saling mengasihi sesama tanpa pilih kasih dan keturunan. Ada kalanya apabila kita bisa menyatukan kebudayaan yang positif ini dalam diri kita maka kita bisa membentuk karakter yang kuat sebagai manusia Indonesia dengan ciri keberagaman budayanya,bukan karena satu budaya yang terlalu fanatik dan menganggap budaya itu paling baik.

Kemajemukan budaya yang ada di Indonesia ada kalanya harus kita syukuri sebagai suatu pembelajaran agar kita menjadi manusia yang terbuka untuk Indonesia. Dari kedua kebudayaan tersebut banyak melahirkan tokoh-tokoh penting bagi bangsa ini contohnya dari suku sunda ada Otto Iskandar Dinata, Iwa Kusuma Sumantri, Udjo Ngalegana, Marty Natalegawa, dan Dewi Sartika yang diantara nama itu merupakan tokoh yang penting dalam kemajuan bangsa Indonesia, dari suku batak siapa yang tidak kenal A.H. Nasution, Amir Sjarifudin, TB Simatupang dan Adnan Buyung Nasution? kesemua orang itu memiliki satu visi dan misi yang sama,dengan semangat kedaerahan untuk membangun Indonesia.

Referensi : http://id.wikipedia.org

 

1 komentar:

  1. Mommy saya batak, Daddy saya manado. Kakek saya dari mama saya sangat senang dengan Daddy, termasuk juga kepada saya. Daddy sekarang menjadi orang batak karena mendapat marga dari orang tua angkatnya. Mama saya sendiri merupakan guru sekolah minggu pegiat organisasi gereja dan aktivis adat batak. Syalom Halak Batak. Horas

    BalasHapus