Pada tulisan saya kali
ini berkenaan dengan adat istiadat mengenai sebuah kebudayaan yang ada di
Indonesia. Masih berkenaan dengan tugas softskill dari kampus saya dengan mata
kuliah Etika Bisnis yang menurut saya mempelajari tentang bagaimana cara
menghadapi seseorang berdasarkan adat istiadat atau latar belakang kebudayaan
yang di pahaminya, karena sifat seseorang di Indonesia sangat beragam dan dapat
dikelompokkan dari berbagai suku/keturunan yang ada. Semua pasti beranggapan
bahwa kebudayaan atau adat istiadat masing-masing yang dipegang teguh karena
keturunan tertentu adalah kebudayaan yang paling baik dan tidak menutup
kemungkinan apabila tidak dikaji secara sehat dan terlalu fanatik yang artinya
menutup diri dari kebudayaan luar maka diri kita pun akan statis dan kaku. Namun
sisi positif dari keberagaman kebudayaan dan adat istiadat yang ada yaitukita
jadi bisa mengenal kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, dan apabila kita
berani membuka diri dan mempunyai rasa toleransi maka kita bisa mengambil sisi
positif dari kebudayaan tersebut diluar keturunan kita.
Pada tulisan ini saya coba
untuk membahas dua kebudayaan dan adat istiadat orang tua saya yaitu adat
istiadat sunda dan adat istiadat batak. Apabila kita mendengar dua kebudayaan
itu dalam satu kalimat rasanya pasti agak sedikit bertentangan dan sulit
menemukan kecocokannya. Well.. mungkin secara teori bisa dikatakan bertolak
belakang tapi kalau kita bisa punya rasa toleransi dan mau membuka diri
terhadap budaya lain kita dapat ambil sisi positif dari semua itu.
Suku Sunda adalah kelompok etnis
yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia,
dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi
provinsi Jawa
Barat, Banten,
Jakarta,
Lampung
dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan).
Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya
15,2% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Jika Suku
Banten dikategorikan sebagai sub suku Sunda maka 17,8% penduduk
Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam,
akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen,
Hindu,
dan Sunda
Wiwitan/Jati Sunda.
Agama Sunda
Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda,
seperti di Kuningan dan masyarakat suku
Baduy di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat
dikategorikan sebagai suku Sunda.
Jati diri yang mempersatukan
orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal
memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang Portugis
mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat
jujur dan pemberani. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan
hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa
atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan
diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang Portugis di Malaka.
Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti
Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga menjabat
Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI.
Hubungan antara manusia dengan
sesama manusia dalam masyarakat Sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh sikap “silih
asih, silih asah, dan silih asuh”, artinya harus saling mengasihi, saling
mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh sehingga tercipta suasana
kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian,
ketentraman, dan kekeluargaan, seperti tampak pada ungkapan-ungkapan berikut
ini:
- Kawas gula jeung peueut yang artinya hidup harus rukun saling menyayangi, tidak pernah berselisih.
- Ulah marebutkeun balung tanpa eusi yang artinya jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.
- Ulah ngaliarkeun taleus ateul yang artinya jangan menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan atau keresahan.
- Ulah nyolok mata buncelik yang artinya jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan.
Buruk-buruk papan jati yang artinya berapapun besar
kesalahan saudara atau sahabat, mereka tetap saudara kita, orang tua tentu
dapat mengampuninya.
Batak merupakan salah satu suku
bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema
kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan
berasal dari Tapanuli
dan Sumatera
Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang
dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak
Toba, Batak Karo, Batak
Pakpak, Batak Simalungun, Batak
Angkola, dan Batak Mandailing.
Kekerabatan adalah menyangkut
hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan
bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan
sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada.
Bentuk kekerabatan berdasarkan
garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga
mulai dari Si Raja Batak,
dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga.
Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan
antar marga tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi Batak, yang
menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian Marga.
Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga
lainnya. Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang
seringkali disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan
corak tradisi antar daerah.
Adanya falsafah dalam
perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu
jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa
menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun
dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun
pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat.
Dari penjelasan singkat diatas
yang saya kutip melalui wikipedia dapat disimpulkan pada dasarnya sifat kekeluargaan
dak kebersamaan diantar dua adat tersebut sangat erat dan menjaga keluarga satu
sama lain terlebih suku batak yang mempunyai marga diantara kelompoknya tetapi
masih dalam satu kekerabatan apabila berada dalam satu naungan kebudayaan
batak.
Begitu pula suku sunda yang
terkenal dengan tutur kata yang lembut dalam berbicara, meskipun tidak memiliki
sistem kekeluargaan marga tetapi terdapat ajaran ajaran saling mengasihi sesama
tanpa pilih kasih dan keturunan. Ada kalanya apabila kita bisa menyatukan
kebudayaan yang positif ini dalam diri kita maka kita bisa membentuk karakter
yang kuat sebagai manusia Indonesia dengan ciri keberagaman budayanya,bukan
karena satu budaya yang terlalu fanatik dan menganggap budaya itu paling baik.
Kemajemukan budaya yang ada di
Indonesia ada kalanya harus kita syukuri sebagai suatu pembelajaran agar kita
menjadi manusia yang terbuka untuk Indonesia. Dari kedua kebudayaan tersebut
banyak melahirkan tokoh-tokoh penting bagi bangsa ini contohnya dari suku sunda
ada Otto Iskandar Dinata, Iwa Kusuma Sumantri, Udjo Ngalegana, Marty
Natalegawa, dan Dewi Sartika yang diantara nama itu merupakan tokoh yang
penting dalam kemajuan bangsa Indonesia, dari suku batak siapa yang tidak kenal
A.H. Nasution, Amir Sjarifudin, TB Simatupang dan Adnan Buyung Nasution?
kesemua orang itu memiliki satu visi dan misi yang sama,dengan semangat
kedaerahan untuk membangun Indonesia.
Referensi :
http://id.wikipedia.org
Mommy saya batak, Daddy saya manado. Kakek saya dari mama saya sangat senang dengan Daddy, termasuk juga kepada saya. Daddy sekarang menjadi orang batak karena mendapat marga dari orang tua angkatnya. Mama saya sendiri merupakan guru sekolah minggu pegiat organisasi gereja dan aktivis adat batak. Syalom Halak Batak. Horas
BalasHapus